A. Konsep
Keaksaraan Fungsional
1. Pengertian
Keaksaraan Fungsional
Keaksaraan
fungsional terdiri dari dua unsur, yaitu keaksaraan dan fungsional. Keaksaraan
secara sederhana diartikan sebagai kemampuan untuk membaca, menulis, dan
menghitung. Menurut Napitupulu (1998:4) mengatakan keaksaraan didefinisikan
secara luas sebagai pengetahuan dasar dan keterampilan yang diperlukan oleh
semua. Lebih lanjut dikatakan bahwa keaksaraan merupakan keterampilan yang
diperlukan pada dirinya dan salah satu fondasi bagi keterampilan-keterampilan
hidup yang lain. Keaksaraan adalah kemampuan seseorang dalam membaca, menulis
dan berhitung. Seseorang yang buta aksara adalah orang yang tidak dapat
membaca, menulis dan berhitung dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang yang
melek huruf adalah orang yang dapat membaca maupun menulis kalimat sederhana
dan berhitung.
Istilah
fungsional berkaitan erat dengan fungsi dan tujuan dilakukannya pembelajaran di
dalam pendidikan keaksaraan, serta adanya jaminan bahwa hasil belajarnya
benar-benar bermakna dan bermanfaat untuk meningkatkan mutu kehidupan.
Fungsional di sini juga bermakna warga belajar dapat memanfaatkan hasil
belajarnya untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan keaksaraan
yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari.
2. Metode
Pembelajaran Keaksaraan Fungsional
Banyak
variasi metode yang dapat digunakan tutor dalam membelajarkan warga belajar.
Ketepatan penggunaan beberapa metode dan teknik pembelajaran sangat bergantung
pada kemampuan dasar yang sudah dimiliki warga belajar serta minat dan
kebutuhan warga belajar. Oleh karena itu, keanekaragaman metode dapat digunakan
sesuai dengan situasi, kondisi, minat dan kebutuhan warga belajar. Ada beberapa
hal yang sangat penting untuk dipertimbangkan dalam memilih metode tertentu
yaitu: (1) tujuan yang ingin dicapai, (2) karakteristik materi pembelajaran,
(3) kemampuan pendidik, (4) waktu yang tersedia, dan (5) jumlah peserta
(Perencanaan Pembelajaran Pendidikan Keaksaraan, 2006: 11-12).
Beberapa
metodologi pembelajaran yang dapat digunakan oleh tutor dalam pendidikan
keaksaraan fungsional antara lain adalah:
a) Metode
Pendekatan Pengalaman Berbahasa (PPB)
Metode
PPB merupakan cara pembelajaran keaksaraan (baca-tulis) berdasarkan pengalaman.
Warga belajar membaca dan menulis melalui proses membuat bahan belajar yang
berasal dari ide atau kalimat yang diucapkan oleh warga belajar sendiri, bukan
dari tutor.
b) Metode
Struktur Analisis Sintesis (SAS)
Metode
SAS (Struktur Analisis Sintesis) adalah suatu cara atau teknik membelajarkan
masyarakat buta aksara dengan membaca dan menulis yang menekankan pada struktur
kalimat (SPO) terlebih dahulu dengan mengurai menjadi bagian-bagian kata, suku
kata dan huruf serta merangkai kembali menjadi suku kata, kata, dan kalimat
(Suka, 2006: 1).
c) Metode
Suku Kata
Metode
suku-kata sangat efektif untuk membantu warga belajar yang buta huruf murni.
Konsep utama dalam metode ini adalah mempelajari suku-kata, suku-kata tertentu
yang sering dilafalkan dan memiliki makna yang jelas, dengan prinsip
mengulangi, menghafal, dan melatih tentang semua huruf konsonan maupun vokal
yang membentuk suku-kata tersebut (Puspawati, 2006: 1-2).
d) Metode
Abjad
Metode
abjad merupakan metode pembelajaran yang menggunakan media “Poster Abjad” dan
“Kamus Abjad”. Poster abjad digunakan sebagai media pembelajaran untuk membantu
warga belajar mengerti bagaimana cara mengingat huruf, ejaan, dan kata-kata
baru. Poster abjad juga bisa memudahkan warga bealajar untuk membuat kamus
abjad. “Kamus Abjad” adalah media pembelajaran untuk membantu warga belajar dalam
menyusun kata-kata yang dipelajari melalui poster abjad, metode PPB, SAS dan kegiatan.
e) Metode
Transliterasi
Metode transliterasi adalah mengalihkan
tulisan (huruf dan angka) dari satu bentuk ke bentuk yang lain. Mengingat
sebagian warga belajar (terutama di komunitas masyarakat muslim) sudah mengenal
angka “Arab”, namun mereka masih buta aksara latin, maka dalam metode
transliterasi ini adalah mengalihkan dari huruf dan angka Arab ke huruf dan
angka latin. Metode ini cukup membantu warga belajar buta huruf latin, tetapi
mereka sudah memiliki sedikit kemampuan membaca, menulis, dan berhitung
denganmenggunakan huruf Arab. Konsep utama dalam metode transliterasi adalah menyamakan
ucapan bunyi huruf atau aksara Arab dengan aksara latin. Dalam hal ini warga
belajar mempelajari kata-kata yang bunyinya hamper sama dan menulisnya dengan
huruf Arab.
f)
Metode Iqro’ dan Qiro’ati
Metode Iqro’ dan Qiro’ati pada awalnya merupakan
metode belajar membaca Al-Qur’an. Metode ini diadopsi untuk pembelajaran
keaksaraan fungsional karena dipandang sistematis dan efektif. Konsep utama
metode Iqro’ dan Qiro’ati adalah belajar secara sistematis dimulai dari hal
sederhana, meningkat setahap demi setahap dari huruf menjadi suku kata, dari
suku kata menjadi kata, dan dari kata menjadi kalimat, sehingga terasa ringan bagi
warga belajar.
g)
Metode Kata Kunci
Metode kata kunci adalah salah satu metode
pembelajaran membaca dan menulis dengan menggunakan kata-kata kunci. dan
tema-tema penggerak yang dikenal oleh warga belajar dan yang ditemui dalam
kehidupan seharihari. Alasan penggunaan kata kunci dan tema penggerak adalah
pentingnya menghubungkan kemampuan baca-tulis dengan kehidupan nyata
sehari-hari warga belajar.
h)
Metode Pembelajaran Melalui Kegiatan Diskusi
Diskusi merupakan salah satu metode pembelajaran
dalam kelompok belajar keaksaraan fungsional yang harus diterapkan dalam setiap
kegiatan pembelajaran. Tujuan diskusi adalah untuk membuka pikiran warga
belajar dalam menganalisis dan memanfaatkan pengetahuannya. Topik yang pertama
kali didiskusikan pada kelompok belajar adalah menyangkut minat dan kebutuhan
warga belajar, serta potensi dan hambatan yang mungkin ditemukan selama proses
pembelajaran (Pedoman Tutor Pendidika Keaksaraan Fungsional dan Penyusunan
Bahan Ajar Tematik, 2007: 37-38).
i)
Metode Pembelajaran Berhitung
Pengalaman di lapangan menunjukkan bahwa warga
belajar sudah memiliki kemampuan dalam menghitung nilai nominal uang, ternak,
anggota keluarga dan lain-lain, tetapi mereka belum mampu menuliskan simbol
untuk pejumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian, dan perbandingan.
j)
Kegiatan Pembelajaran Keterampilan Fungsional
Kegiatan pembelajaran keterampilan fungsional
diarahkan pada pemberian keterampilan yang bersifat ekonomi produktif dan
keterampilan sosial. Keterampilan fungsional menjadi tekanan pada kegiatan
pendidikan keaksaraan fungsional karena sebagian besar warga belajar sasaran program
penuntasan buta aksara adalah masyarakat miskin, sehingga secara ekonomi perlu
diberdayakan. Bentuk pembelajaran keterampilan fungsional harus disesuaikan
dengan minat dan kebutuhan warga belajar, serta bersifat fungsional seperti
menjahit dan membuat kue.
Sedangkan aspek keterampilan sosial antara lain
adalah membangun jaringan kerja dengan dinas, instansi, lembaga, atau
pihak-pihak lain dengan maksud untuk memfungsikan keaksaraannya, mendapatkan
informasi, dan memanfaatkan peluang bagi upaya peningkatan kualitas ekonomi
warga belajar (Pedoman Tutor Pendidikan Keaksaraan Fungsional dan Penyusunan
Bahan Ajar Tematik 2007: 30).
Pada
tulisan ini, yang kami maksud dengan fungsional yaitu berhubungan erat dengan
kemampuan warga belajar yang akan menerapkan hasil dari proses belajar
keaksaraan dalam kehidupan sehari-hari serta dapat meningkatkan kemampuan dalam
memanfaatkan kecakapan melek aksara untuk membangun kepercayaan diri dan
mengembangkan potensi dalam dirinya guna memenuhi taraf hidupnya sehingga tetap
survive (bertahan) dalam lingkungan masyarakat yang ada. Misalnya,
membaca bacaan (koran, buku, majalah) yang sangat berguna dalam aktivitas
mereka sehari-hari yang hidup sebagai petani, pedagang, dan lain-lain.
0 komentar:
Posting Komentar