Dalam memberikan pendidikan
seks apabila ditanyakan kapan waktu yang tepat untuk mulai memberikannya, maka jawabannya
adalah tidak ada batasan yang pasti. Orang tua bisa mengajarkan pendidikan seks
untuk anaknya tepat pada saat anak mulai mengajukan pertanyaan. Jawaban yang
kita berikan nantinya pun harus mengacu pada usia anak sehingga pemberian
jawaban dapat dilakukan secara proporsional.
Ada lima tahap perkembangan
seks manusia yaitu tahap oral, anal,
phallic, talency dan genital Sigmund Freud dalam Hana (2009 : 70).
Dimana tahap perkembangan seks ini yang secara signifikan terinci selama masa
awal kehidupannya, dan dalam setiap perkembangan ini manusia akan selalu
berusaha untuk memuaskan naluri seksualnya melalui eksplorasi anggota-anggota
tubuhnya.
Tahap pertama atau tahap oral adalah
tahapan paling awal kegiatan seks manusia yang dimulai sejak lahir hingga akhir
tahun pertama kehidupannya. Masa ini ditandai dengan kepuasan yang diperoleh
anak melalui daerah oral atau mulut. Pada tahap ini anak memperoleh informasi
seksual melalui aktivitas mulutnya seperti menghisap (susu, jari dan
lain-lain). Pada usia 0-1
tahun, bayi mendapatkan perasaan nikmat ketika menyusui melalui puting ibunya.
Sedangkan pada usia 1-2 tahun, anak terlihat cenderung antusias memasukkan apa
saja yang dilihat ke dalam mulutnya.
Tahap kedua disebut juga
dengan masa anal. Tahap ini adalah
tahap dimana manusia akan mendapat kesenangan seksual di daerah sekitar dubur
atau anusnya. Rasa nikmat dirasakan melaui aktivitas yang menyangkut proses
pembuangan. Mereka cenderung berlama-lama di kamar mandi. Anak usia 2-4 tahun
juga sering menahan kencing atau buang air besar.
Tahap ketiga atau tahap phallic yaitu tahap dimana seorang anak
yang sudah bisa mengidentifikasi kelaminnya. Tahap ini berlangsung antara umur
3-6 tahun. Pada tahap ini anak mulai menunjukkan keinginan yang lebih besar
terhadap perbedaan yang ada di antara laki-laki dan perempuan
Tahap keempat disebut juga
tahap talency yaitu tahap yang
dicapai begitu anak memasuki usia remaja. Sering disebut juga dengan masa laten
karena anak cenderung menekan seluruh keinginan erotisnya hinggga nanti
mencapai usia pubertas. Pada tahap talency
ketertarikan anak pada seksualitas biasanya akan dikalahkan dengan
keingintahuannya yang lebih tinggi tentang hal-hal lain yang bersifat ilmiah
dan sains. Namun demikian, ada juga anak-anak yang menunjukkan kenaikan rasa
tertarik pada seks, yang ditandai dengan munculnya aktivitas rutin semacam
masturbasi ataupun manipulasi genital. Anak akan merasakan nikmat ketika alat kelaminnya disentuh atau diraba.
Pada masa ini anak pun mulai membandingkan alat kelamin miliknya dengan temannya
yang lain. Pada masa ini anak mulai mengeksplorasi bagian-bagian tubuhnya
secara menyeluruh. Namun orang tua atau pendidik sebaiknya mengalihkan
perhatian anak ke hal lain untuk mencari sensasi yang lebih positif.
Misalnya dengan olah raga atau mengembangkan
minat seninya.
Tahap kelima atau tahap genital yaitu tahap akhir dari
keseluruhan proses perkembangan seksual seorang anak. Masa ini menandai puncak
perkembangan dan kematangan seksual anak dimana seluruh kesenangan seksual akan
terpusat di daerah genetil atau kelamin. Masa ini dikenal dengan dengan istilah
pubertas yang menandai terjadinya perubahan fisiologi dan hormonal tubuh anak
secara revolusioner.
Untuk memulai pendidikan seks
di rumah hendaknya jangan menyamakan persepsi orang dewasa dengan anak. Jika
anak bertanya mengenai seks, bukan berarti berfikir jorok. Tetapi mereka
mananyakan hal-hal yang dia amati.
Pendidikan seks berdasarkan
usia yaitu pada usia 0-2 tahun anak mulai mengenal dunianya; usia 3-6 tahun
anak mulai merasa, meraba dan belajar; usia 7-11 tahun anak mulai memberikan
pertanyaan yang semakin membingungkan (Alya Andika, 2010 : 50-70). Adapun
secara rinci dijelaskan sebagai berikut :
1.
Usia
0-2 Tahun (Anak Mulai Mengenali Dunianya)
Bagi orang tua
yang memiliki bayi atau yang sedang belajar berjalan, pasti berpendapat bahwa
perkembangan seksual anak masih lama. Tapi sebenarnya perkembangan seksualnya
telah dimulai sejak awal tahun pertama. Bayi, batita, pra-sekolah dan anak usia
sekolah mengalami perkembangan emosi dan fisik serta seksual yang bervariasi. Seperti halnya mereka mengenali orang
tuanya, lingkungan dan benda sekitar. Begitu pula halnya mereka mengenali diri
sendiri baik fisik maupun emosi.
Pengenalan yang
baik diawal tahun-tahun pertamanya menjadi dasar yang kuat. Ikatan emosional
paling awal pada bayi dibentuk bersama orang tua yaitu melalui kontak fisik
untuk mengungkapkan cinta dan kasih sayang mereka. Melalui sentuhan fisik
positif lainnya yang melambangkan cinta. Keunikan bentuk keintiman fisik dan
emosi antara orang tua dan bayi dapat menjadi pijakan awal bagi kematangan
bentuk keintiman fisik dan kasih sayang yang kelak berkembang menjadi bagian
seksualitas dewasa.
Di usia 2 atau 3
tahun, anak mulai tertarik akan kelamin. Kepedulian ini dikenal sebagai
identitas kelamin. Anak mulai memahami perbedaan antara laki-laki dan
perempuan, serta dapat mengidentifikasikan dirinya dan orang lain. Hal ini
sebagai kombinasi pembelajaran yang didapat secara biologis dan lingkungan. Diusia
ini pula anak mulai menghubungkan perilaku tertentu dengan jenis kelamin yang
disebut aturan kelamin. Seperti sifat maskulin dan feminin.
Pendidikan seks
mulai diberikan pada anak usia bawah dua tahun, ketika anak sudah bisa
berjalan, kita sudah bisa mengajarkan cara membuang air, cebok apabila sudah
membuang air, memakai baju dan berperilaku yang selayaknya anak laki-laki dan
perempuan.
2.
Usia 3-6
Tahun (Anak Mulai Merasa, Meraba, dan Belajar Berbeda)
Memasuki
usia 3 tahun, rasa keingintahuan anak menjadi bertambah besar. Diusia ini anak
sudah mampu menunjukkan emosi yang bermacam-macam dan mengalami perkembangan
pesat pada kemampuan kognitifnya. Pada usia ini anak berada pada masa
pra-operasional sehingga bisa diajak memahami sesuatu lewat stimulus, imajinasi
serta mampu mengelompokkan warna, benda maupun ukuran. Untuk itu sebagai
pendidik dan orang tua perlu memahami apa saja yang bisa dicerna dan ditangkap
anak anda untuk memberikan pendidikan yang benar sesuai perkembangan emosi dan
mentalnya.
a.
Tahap
Simbolik
Untuk belajar memahami
sesuatu, pada tahap usia ini anak terbiasa menggunakan simbol. Poin pentingnya
yaitu masukan atau stimulus yang diberikan haruslah konkret, bisa dilihat,
dipegang, dilakukan dan dialami secara langsung. Hal yang sama bisa kita terapkan untuk pendidikan
seks pada anak.
b.
Berimajinasi
Pada tahap ini anak sering
melakukan sesuatu sebagai hasil meniru atau mengamati perilaku orang-orang
disekitarnya. Oleh karena itu pengalaman-pengalaman tersebut anak terapkan
dalam kegiatan bermain khayal. Tak heran jika anak diusia ini sering
mempraktikkan apa yang dilihatnya di televisi. Tetapi pada hakekatnya anak
tidak mengerti apa yang tengah ia lakukan, tetapi hanya rasa tertarik dengan
apa yang dilihatnya. Selain itu diusia ini anak tidak hanya tertarik pada
tubuhnya tetapi juga tubuh orang lain.
c.
Mengelompokkan
Benda
Kemampuan
lainnya yang berkembang adalah anak mulai mampu mengelompokkan benda, warna,
bentuk, maupun ukuran. Anakpun terlatih untuk bisa berfikir secara logis. Bukan
hanya benda tetapi pada usia ini anak juga bisa diajarkan untuk mengelompokkan
fungsi tubuhnya. Pada anak yang telah berusia 5 tahun sudah bisa dikenalkan
perbedaan tubuh anak-anak dengan tubuh dewasa. Tentu saja pengenalan dilakukan
oleh ibu dengan anak perempuannya dan begitu juga untuk anak laki-laki.
Pada usia
ini, kebanyakan anak-anak sudah lebih memahami dan melanjutkan eksplorasi tubuh
mereka untuk tujuan tertentu. Biasanya anak menemukan sensasi kenikmatan lewat
eksplorasi tersebut.
3.
Usia
7-11 Tahun (Anak Mulai Bertanya yang Semakin Membingungkan)
Usia 7-11 tahun merupakan masa
dimana anak-anak mulai meninggalkan sikap egosentrisnya. Anak-anak tidak lagi
bersikap pelit terhadap apa yang dimilikinya akan tetapi mereka mulai bermain
bersama secara berkelompok dan mudah untuk menjalin kerja sama.
Pada usia ini, anak memperoleh
lingkungan baru yakni sekolah. Teman-teman sekolah menjadi penting. Dari sini arah pergaulannya pun mulai
menentukan sikapnya. Anak juga tidak lagi merasa puas dengan jawaban yang
sederhana akan tetapi mereka sudah mulai membangun kesimpulan dengan banyak
arah. Disisi lain, anak mulai
berkenalan dengan segala tuntutan dan tanggung jawab. Fase ini merupakan saat
yang tepat untuk memberikan pendidikan seks dan reproduksi dalam istilah yang
lebih rumit. Tak hanya sekedar mengenal dan mengetahui fungsi organ reproduksi
yang tampak, anak sudah mulai bisa mempelajari tentang apa yang ada didalam
tubuhnya.
Selain itu keingintahuan
tentang aspek seksual mulai muncul. Sering ada pertanyaan yang berkaitan dengan
organ reproduksinya dan membandingkan dengan orang lain. Selain mengantisipasi
perubahan fisik ada baiknya jika mulai lebih menekankan nilai-nilai dalam
masyarakat. Diusia ini anak
telah mengerti aturan main yang berlaku serta merupakan masa dimana mereka
mampu membedakan baik dan buruk dan mengenali hubungan sebab akibat. Masa yang
tepat untuk pengenalan secara mendalam identitas diri terutama organ biologis
terhadap lingkungannya. Mulailah mengajarkan penjagaan privasi diri dan
lainnya.
Kita sebagai orang tua bisa
memanfaatkan golden moment (peristiwa
emas) untuk lebih memberikan pemahaman tentang seks. Seiring pertumbuhannya,
anak terus melanjutkan pemahaman dan pengalaman tentang tubuh mereka dan
perubahan fisik sebagai bagian dari perkembangannya.
REFERENSI :
Andika, Alya. 2010.
Bicara Seks Bersama Anak. Yogyakarta
: Pustaka Anggrek
Yasmira,
Hana. 2009. Ayo Ajarkan Anak Seks. Jakarta
: PT Elex Media Komputindo
0 komentar:
Posting Komentar