1.
Pengertian
Pelatihan
Istilah
pelatihan merupakan terjemahan dari kata “training” dalam bahasa inggris.
Secara harfiah akar kata “training” adalah “train” yang berarti : 1. memberikan
pelajaran dan praktek (give teaching and
practice), 2. menjadikan berkembang dalam arah yang dikehendaki (cause to grow in a required direction),
3. persiapan (preparation), dan 4. Praktek (practice).
Menurut
Michael J. Jucius (1972) dalam Mustafa kamil (2010 :3)[1]
mengemukakan “training is the act here to
indicate any process by which the aptitudes, skill”
( istilah latihan yang dugunakan disini adalah untuk menunjukan setiap proses
untuk mengembangkan bakat, keterampilan).
Berdasarkan
pendapat diatas menunjukkan pelatihan adalah suatu proses untuk mengembangkan
suatu bakat dan keterampilan melalui pemberian materi pelajaran dan praktek
yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Sikula
dalam Sumantri (2000:2)[2]
mengartikan pelatihan sebagai: “proses pendidikan jangka pendek yang
menggunakan cara dan prosedur yang sistematis dan terorganisir. Para peserta
pelatihan akan mempelajari pengetahuan dan keterampilan yang sifatnya praktis
untuk tujuan tertentu”. Sedangkan
Michael J. Jucius dalam Moekijat (1991 : 2)[3]
menjelaskan istilah latihan untuk menunjukkan setiap proses untuk mengembangkan
bakat, keterampilan dan kemampuan pegawai guna menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan
tertentu.
Hadari
Nawawi (1997)[4]
menyatakan bahwa pelatihan pada dasarnya adalah proses memberikan bantuan bagi
para pekerja untuk menguasai keterampilan khusus atau membantu untuk
memperbaiki kekurangannya dalam melaksanakan pekerjaan. Fokus kegiatannya
adalah untuk meningkatkan kemampuan kerja dalam memenuhi kebutuhan tuntutan
cara bekerja yang paling efektif pada masa sekarang.
Pengertian-pengertian
di atas mengarahkan kepada penulis untuk menyimpulkan bahwa yang dimaksud
pelatihan dalam hal ini adalah proses pendidikan yang di dalamnya ada proses
pembelajaran dilaksanakan dalam jangka pendek, bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan, sikap dan keterampilan, sehingga mampu meningkatkan kompetensi
individu untuk menghadapi pekerjaan di dalam organisasi sehingga tujuan
organisasi dapat tercapai baik di masa yang sekarang ini maupun yang akan
datang.
2.
Tujuan
Pelatihan
Moekijat (1991) mengatakan bahwa
tujuan umum pelatihan adalah:
a.
Untuk mengembangkan keahlian, sehingga
pekerjaan dapat diselesaikan dengan lebih cepat dan lebih efektif
b.
Untuk mengembangkan pengetahuan,
sehingga pekerjaan dapat diselesaikan secara rasional
c.
Untuk mengembangkan sikap, sehingga
dapat menimbulkan kemauan untuk bekerja sama
Dapat disimpulkan bahwa tujuan dari
suatu
pelatihan adalah untuk mengembangkan
sikap, pengetahuan dan keahlian seseorang.
3.
Prinsip-Prinsip
Pelatihan
Karena pelatihan merupakan bagian
dari proses pembelajaran, maka prinsip-prinsip pelatihan pun dikembangkan dari
prinsip-prinsup pembelajaran. Prinsip umum agar pelatihan berhasil adalah
sebagai berikut:
a.
prinsip perbedaan individu
perbedaan-perbedaan individu dalam
latar belakang sosial, pendidikan, pengalaman, minat, bakat, dan kepribadian
harus diperlihatkan dalam menyelenggarakan pelatihan.
b.
Prinsip motivasi
Agar peserta pelatihan belajar dengan
giat perlu ada motivasi. Motivasi dapat berupa pekerjaan atau kesempatan kerja
atau usaha, penghasilan, kenaikan pangkat atau jabatan, dan peningkatan
kesejahteraan serta kualitas hidup. Dengan begitu, pelatihan dirasakan bermakna oleh
peserta pelatihan.
c.
Prinsip pemilihan dan pelatihan para
pelatih
Efektivitas program pelatihan antara
lain bergantung pada para pelatih yang mempunyai minat dan kemampuan melatih,
anggapan bahwa seseorang yang dapat mengerjakan sesuatu dengan baik akan dapat
melatihnya dengan baik pula tidak sepenuhnya benar, karena itu perlu ada
pelatihan bagi para pelatih. Selain itu pemilihan dan pelatihan para pelatih
dapat menjadi motivasi tambahan bagi peserta pelatihan.
d.
Prinsip
Belajar
Belajar harus dimulai yang mudah menuju yang sulit,
atau yang sudah diketahui kepada yang belum diketahui.
e.
Prinsip Partisifasi Aktif
Partisifasi aktif dalam proses pembelajaran dapat
meningkatkan minat dan motivasi peserta pelatihan
f.
Prinsip Fokus Pada Batasan Materi
Pelatihan dilakukan hanya untuk mengusai materi
tertentu, yaitu melatih keterampilan dan tidak dilakukan terhadap pengertian,
pemahaman, sikap dan penghargaan
g.
Prinsip Diagnosis Dan Koreksi
Pelatihan berfungsi sebagai diognosis melalui usaha
yang berulang-ulang mengadakan koreksi atas kesalahan-kesalahan yang timbul.
h.
Prinsif Pembagian Waktu
Pelatihan dibagi menjadi kurun
waktu yang singkat.
i.
Prinsip Keseriusan
Pelatihan jangan dianggap sebagai usaha sambilan
yang bisa dilakukan seenaknya.
j.
Prinsip Kerjasama
Pelatihan dapat berhasil dengan baik melalui kerja
sama yang apik antar semua komponen yang terlibat dalam pelatihan.
k.
Prinsip Metode Pelatihan
Terdapat berbagai metode pelatihan, dan tidak ada
satu pun metode pelatihan yang dapat digunakan untuk semua jenis pelatihan.
Untuk itu perlu dicarikan metode pelatihan yang cocok untuk suatu pelatihan.
l.
Prinsip hubungan pelatihan dengan
pekerjaan dan kehidupan nyata
Pekerjaan, jabatan, atau kehidupan
nyata dalam organisasi atau dalam masyarakat dapat memberikan informasi
mengenai pengetahuan, keterampilan, dan sikap apa yang dibutuhkan, sehingga
perlu diselenggarakan pelatihan.
Berdasarkan
uraian diatas dapat diketahui bahwa pelatihan pada dasarnya memiliki duabelas
prinsip yang saling berkaitan dan berpengaruh terhadap Pelatihan itu sendiri,
baik itu dari segi input,proses, output maupun outcome.
4.
Landasan-Landasan
Pelatihan
Terdapat
beberapa landasan yang mengukuhkan eksistensi pelatihan. Landasan-landasan yang
dimaksud adalah :
a.
Landasan
Filosofis
Pelatihan merupakanwahana formal
yang berperan sebagai instrument yang menunjang pembangunan dalam mencapai
masyarakat yang maju, tangguh, mandiri, dan sejahtera berdasarkan nilai-nilai
yang berlaku.
b.
Landasan
Humanistik
Pelatihan ini
didasarkan pada pandangan yang menitik beratkan pada kebebasan, nilai-nilai,
kebaikan, harga diri, dan kepribadian yang utuh.
c.
Landasan
Psikologis
Psikologis
pelatihan menitikberatkan pada analisis
tugas dan rancangan penelitian yang mencakup berbagai komponen yang kompleks.
d.
Landasan Sosio-Demografis
Permasalahan peningkatan
kesejateraan ekonomi dan sosialterkait dengan upaya penyediaan dan peningkatan
kualitas tenaga kerja. Pelatihan yang terintegrasi diperlukan guna
mempersiapkan tenaga-tenaga yang handal yang relevan dengan tuntutan lapangan
kerja dan pembangunan.
e.
Landasan
Kultural
Pelatihan yang terintegrasi yang
berfungsi mengembangkan sumber daya manusia merupakan bagian penting dari upaya
membudayakan manusia.
Dari referensi diatas
maka dapat disimpulkan bahwa untuk menjaga dan mengukuhkan eksistensi pelatihan
maka dibutuhkan sekurang-kurangnya lima landasan pelatihan, dan hal tersebut
satu landasan dengan landasan yang lainnya saling berhubungan dan berkaitan,
semuanya memiliki peranan yang sangat penting terhadap berhasil atau tidaknya
pelatihan tersebut.
5.
Jenis-Jenis
Pelatihan
Menurut Dale Yoder (1958)[5]
mengemukakan jenis-jenis pelatihan dengan memandang ke dalam lima sudut yaitu :
a.
Siapa yang dilatih (who geets trained),
artinya pelatihan diberikan kepada siapa. Dari sudut ini maka pelatihan dapat
diberikan kepada calon pegawai, pegawai remaja, pemuda orang lanjut usia dan
lain-lain.
b.
Bagaimana ia dilatih ( how gets trained), artinya dengan metode apa ia
dilatih. Dapat dilaksanakan dengan pemagangan, permainan peran, pelatihan
sensitivitas dan sebagainya.
c.
Dimana ia dilatih (where he gets
trained), artinya dimana pelatihan mengambil tempat, misalnya tempat kerja,
sekolah, tempat khusus atau tempat kursus.
d.
Bilamana ia dilatih (when he gets
trained), artinya kapan pelatihan itu diberikan. Dapat dilaksanakan sebelum
seseorang mendapat pekerjaan, setelah mendapat pekerjaan dan lain-lain.
e.
Apa yang dibelajarkan kepadanya (what he
is taught), artinya materi pelatihan apa yang diberikan. Dapat berupa pelatihan
kerja atau keterampilan, pelatihan hubungan manusia, pelatihan keamanan dan
lain-lain.
Dari
uraian terori diatas dapat disimpulkan bahwa dalam membedakan jenis-jenis
pelatihan ada lima kriteria yang harus diperhatikan yaitu seperti tertera di
atas.
6.
Manajemen
Pelatihan
Pelatihan memang perlu diorganisasikan
biasanya lebih dikenal dengan panitia pelatihan. Badan-badan pendidikan dan
pelatihan, lembaga-lembaga kursus dan panitia-panitia yang dibentuk secara
insidental, pada dasarnya adalah organizer pelatihan. Secara manajerial,
fungsi-fungsi pelatihan adalah merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi
pelatihan. Sementara secara operasional, tugas-tugas pokok organizer pelatihan
meliputi hal-hal berikut :
a.
mengurusi kebutuhan pelatihan pada
umumnya
b.
mengembangkan kebijakan dan prosedur
pelatihan
c.
mengelola anggaran pelatihan
d.
mengembangkan dan menerapkan
administrasi pelatihan
e.
meneliti metode-metode pelatihan yang
sesuai untuk diterapkan
f.
mempersiapkan materi, peralatan dan
fasilitas pelatihan
g.
menganalisis dan memperbaiki sistem
pelatihan
Sudjana (1996) mengembangkan
sepuluh langkah pengelolaan pelatihan sebagai berikut :
a.
Rekrutmen peserta pelatihan
Dalam rekritmen biasanya penyelenggara
memiliki syarat-syarat yang telah ditetapkandan harus dipenuhi oleh peserta
pelatihan. Biasanya dapat berupa faktor internal (kebutuhan, minat, pengalaman
dan pendidikan) dan faktor eksternal (keluarga, status sosial, pergaulan dan
status ekonomi)
b.
Identifikasi kebutuhan belajar, sumber belajar dan kemungkinan hambatan
Identifikasi kebutuhan belajar adalah keiatan
mencari, menemukan , mencatat dan mengelola data tentang kebutuhan belajar yang
ingin atau diharapkan oleh peserta pelatihan.
c.
Menentukan dan merumuskan tujuan
pelatihan
Tujuan pelatihan yang dirumuskan akan menentukan
penyelenggaraan pelatihan dari awal sampai akhir kegiatan, dari pembuatan
rencana pembelajaran samapai evaluasi hasil belajar.
d.
Menyusun alat evaluasi awal dan evaluasi
akhir
Evaluasi awal dimaksudkan untuk mengetahui ”entry
behavioral level” peserta pelatihan. Evaluasi akhir dimaksudkan untuk mengukur
tingkat penerimaan materi oleh peserta pelatihan
e.
Menyusun urutan kegiatan pelatihan
Pada tahap ini penyelenggara pelatihan menentukan
bahan belajar, memilih dan menentukan metode dan teknik pembelajaran, serta
menentukan media yang akan digunakan. Dalam menyusun urutan kegiatan ini
faktor-faktor yang harus diperhatikan antara lain :
1.
Peserta pelatihan
2.
Sumber belajar (instruktur)
3.
Waktu
4.
Fasilitas yang tersedia
5.
Bentuk pelatihan
6.
Bahan pelatihan
f.
Pelatihan untuk pelatih
pelatih harus mengalami program pelatihan secara
menyeluruh. Urutan kegiatan, ruang lingkup, materi pelatihan, metode yang
digunakan dan media yang hendak dipakai.
g.
Melaksanakan evaluasi bagi peserta
Evaluasi awal biasanya melakukan pre test secara
lisan maupun tulisan
h.
Mengimplementasikan pelatihan
Tahap ini merupakan inti dari kegiatan pelatihan,
yaitu proses interaksi edukatif antara sumber belajar dan warga belajar dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
i.
Evaluasi akhir
Tahap ini dulakukan untuk mengetahui keberhasilan
belajar
j.
Evaluasi program pelatihan
Evalusi program pelatihan merupakan
kegiatan untuk menilai seluruh kegiatan pelatihan dari awal sampai akhir dan
hasilnya menjadi masukan bagi pengembangan pelatihan selanjutnya.
Dari teori dan pendapat
diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen pelatihan merupakan sebagai organizer
dalam pengelolaan dan pelaksanaan pelatihan, dalam pengelolaan pelatihan ada
sepuluh hal yang harus diperhatikan, sesuai dengan yang dijelaskan diatas.
7.
Pendekatan
Sistem Untuk Pelatihan
Aktivitas
pelatihan tidak berlangsung dalam ruang hampa, melainkan senantiasa terkait
dengan keinginan-keinginan atau rencana-rencana individu, organisasi atau
masyarakat. Dalam kaitan ini, para ahli melihat pelatihan sebagai suatu sistem
yang paling tidak mencakup tiga tahapan pokok, penilaian kebutuhan pelatihan,
pelaksanaan pelatihan dan evaluasi.
Penilaian
kebutuhan (need assessment) pelatihan
merupakan tahap yanng paling penting dalam penyelenggaraan pelatihan. Tahap ini
berguna sebagai dasar bagi keseluruhan upaya pelatihan. Dari tahap inilah
seluruh proses pelatihan akan mengalir.baik tahap pelaksanaan maupun tahap
evalusi sangat bergantung pada tahap ini jika penentuan kebutuhan pelatihan
tidak akurat, maka arah pelatihan akan menyimpang.
Kebutuhan
- kebutuhan bagi pelatihan harus diperiksa, demikian pula sumber daya yang
tersedia untuk pelatihan baik yang dari lingkungan internal maupun lingkungan
eksternal. Pertimbangan mengenai siapa yang harus dilatih, jenis pelatihan apa,
dan bagaimana pelatihan seperti
itu akan menguntungkan harus menjadi masukan dalam penilaian. Sasaran-sasaran
pelatihan berasal
dari penilaian. Selanjutnya sasaran-sasaran tersebut sangat menentukan
pengembangan program melalui evaluasi
pelatihan.
Pelaksanaan
pelatihan adalah berupa implementasi program pelatihan untuk memenuhi kebutuhan
peserta pelatihan. Pada tahap ini, program pelatihan dirancang dan disajikan.
Program pelatihan ini harus berisi aktivitas-aktivitas dan pengalaman belajar
yang dapat memenuhi sasaran-sasaran pelatihan yang telah ditetapkan pada tahap
penilaian kebutuhan pelatihan.
Akhirnya
evaluasi pelatihan dilakukan untuk mengetahui dampak program pelatihan terhadap
kebutuhan-kebutuhan yang telah ditentukan. Langkah pertama dalam evaluasi ini
adalah menetapkan kriteria keberhasilan. Setelah kriteria itu dibuat, evaluasi
dapat dilakukan baik terhadap peserta maupun terhadap keseluruhan komponen
program pelatihan. Lebih dari itu evaluasi juga harus menilai apakah proses dan
hasil belajar dapat ditransfer ke situasi kerja atau kedunia kehidupan nyata.
Secara
lebih komprehensif, dengan melihat pelatiihan sebagai suatu sistem, Sudjana
mengemukakan komponen-komponen pelatihan sebagi berikut :
a.
Masukan sarana (instrument input), yang meliputi keseluruhan sumber danfasilitas
yang menunjang kegiatan belajar. Masukan sarana dalam pelatihan ini mencakup
kurikulum, tujuan pelatihan, sumber belajar, fasilitas belajar, biaya yang
dibutuhkan, dan pengelola pelatihan.
b.
Masukan mentah (raw input), yaitu peserta pelatihan dengan berbagai karakteristiknya, seperti pengetahuan,
keterampilan, dan keahlian, jenis kelamin, pendidikan, kebutuhan belajar, latar
belakang sosial budaya, latar belakang ekonomi, dan kebiasaan belajar.
c.
Masukan lingkungan (environment input), yaitu faktor lingkungan yang menunjang
pelaksanaan kegiatan pelatihan, seperti lokasi pelatihan.
d.
Proses (process), merupakan kegiatan interaksi edukatif yang terjadi dalam
pelaksanaan kegiatan pelatihan antara sumber belajar dengan warga belajar
peserta pelatihan.
e.
Keluaran (out put)yaitu lulusan yang telah mengalami proses pembelajaran
pelatihan.
f.
Masukan lain (other input), yaitu daya dukung pelaksanaan pelatihan, seperti
pemasaran, lapangan kerja, informasi, dan situasi sosial-budaya yang
berkembang.
g.
Pengaruh (impact), yaitu yang berhubungan dengan hasil belajar yang dicapai
oleh peserta pelatihan, yang meliputi peningkatan taraf hidup, kegiatan
membelajarkan orang lain lebih lanjut, dan peningkatan partisipasi dalam
kegiatan sosial dan pembangunan masyarakat.
[2] Sumantri,
S. 2000. Pelatihan dan Pengembangan
Sumber Daya Manusia. Bandung, Fakultas Psikologi Unpad.
[3] Moekijat. 1990. Pengembangan dan Motivasi, Bandung : Pionir Jaya.
[4] Nawawi,
H, (1997). Manajemen Sumber Daya Manusia,
Yogyakarta, Gajah Mada Universitas Press.
[5] Yoder, D, (1958), Personel Principles and
Policies, Prentice Hall Inc, Maruzen Company Ltd, Second
Edition.
0 komentar:
Posting Komentar