Sebenarnya ini
merupakan bagian dari cerita saya sebelumnya. Iya,... masih dalam rangkaian
kegiatan perjalanan saya ke Jawa Timur. Sebelumnya saya ke Madiun (bertemu
dengan teman dekat saya) dan ke Ponorogo (Universitas Muhammadiyah Ponorogo)
dalam rangka menjadi pemakalah International Seminar on Islamic Education 2017. Namun, pada bagian ini saya akan
mencoba menulis pengalaman saya pertama ke Malang.
Setelah dari Ponorogo,
saya dan teman saya “Tian” (begitu keluarganya memanggilnya dengan hangat),
kita kembali ke Madiun setelah seharian explore
Ponorogo dan Plaosan Magetan.
Tujuan utama saya ke
Malang adalah ke salah satu kampus di sana untuk menjadi pemakalah pada seminar
nasional. Salah satu kampus yang cukup tua di Malang (yang saya dengar seperti
itu), Universitas Wisnuwardhana Malang. Namun, dari Madiun saya tidak langsung
ke Kota Malang, tapi saya menuju Kepanjen dulu. Ya, benar saja.... saya yang
sedikit gila bola, akan menyaksikan terlebih dahulu pertadingan Gojek Traveloka
Liga 1 antara tuan rumah Arema FC yang berhadapan dengan Bhayangkara FC di
Stadion Kanjuruhan, Kepanjen Kabupaten Malang.
![]() |
Tiket kereta Madiun - Kepanjen |
Dari Stasiun Madiun saya
berangkat pukul 02.54 WIB dan tiba di Stasiun Kepanjen pukul 07.18 WIB.
Sesampainya di Stasiun Kepanjen, saya langsung menuju Stadion untuk melihat
secara dengan kemegahan Stadion Kanjuruhan. Karena baru pertama kali ke Malang,
saya mencoba menggunakan bantuan google maps
untuk melihat jarak posisi saya saat ini dengan stadion Kanjuruhan. Ternyata
cukup lumayan sih kalo jalan kaki. Namun udara pagi Kepanjen cukup bersahabat
dan seolah membisikkan untuk berjalan kaki menikmatinya. Ya,
hitung-hitung hemat untuk tidak keluar ongkos (anak kost banget ya!).
Dengan membawa satu tas
ransel, saya berjalan kaki menuju Stadion Kanjuruhan. Jalanan saat itu cukup
lengang, hanya ada beberapa orang mengayuh sepeda menikmati pagi Kepanjen dan
satu dua hilir mudik kendaraan bermotor. Beberapa menit saya jalan kaki, muncullah
seorang lelaki yang sekilas saya melihat pasti umurnya di bawah saya (saya
kelihatan tua kali ya!!!) dengan sepeda motor dan t-shirt Singo Edannya terdengarlah suara ramah itu menanyakan
kepada saya hendak kemana tujuan saya. Singkat obrolan, ternyata tujuan kita
sama-sama mau ke Kanjuruhan. Akhirnya beliau menawarkan tumpangan kepada saya. Hmmmm..
tanpa ragu saya menerima tawaran tersebut.
Selama perjalanan saya
memperkenalkan diri dan beliau juga mengenalkan dirinya. Dari obrolan tersebut
saya ketahui ternyata beliau juga membuka lapak (dagangan) disekitar stadion. Tak
lupa juga beliau menawarkan untuk singgah (mampir) di lapaknya tepatnya sih...
lapak jualan kopi gitu. Dari atas sepeda motor dia menunjukkan tempat lapaknya
yang saat itu mata saya langsung terfokus pada satu titik. Lapak yang terlihat
belum siap untuk menyambut pelanggannya, karena suasana memang masih pagi. Tak enak
rasanya hati ini untuk mampir ke lapaknya, dalam pikiran saya pasti nanti saya
akan merepotkan dan mengganggu persiapan beliau untuk menjajakkan dagangannya. Akhirnya
saya mengatakan kepada beliau kalau saya masih mau keliling-keliling Stadion
dan tak lupa saya haturkan terima kasih atas bantuannya mau memberikan
tumpangan kepada saya.
Menikmati suasana
sekitaran luar Stadion Kanjuruhan yang banyak dipadati oleh orang-orang yang
sedang olahraga pagi. Ada yang latihan drum band, jogging, jualan, main bola, atraksi dan lain-lain.
Mata saya tertuju
kepada salah satu sudut toko yang menjual berbagai macam atribut yang berwara
Biru (khas Arema). Memang banyak yang menjual atribut-atribut Arema di
sekitaran Stadion Kanjuruhan. Jadi bagi kalian yang mampir ke Kanjuruhan dan
mau mencari atribut Arema (jersey, t-shirt, syal, bendera, boneka singa,
gelang, topi dan sebagainya yang berbau Arema) di sini bisa menjadi salah satu
pilihan untuk memburunya.
Walaupun saya bukan
fans Arema, tapi saya tetap tergoda untuk membeli satu jersey Arema FC sebagai
kenang-kenangan. Pilihan saya jatuh kepada salah satu jersey tandang Arema FC
yang berwarna dominan merah gelap. Setahu saya sih jersey tandang ini pernah dipakai Arema FC waktu tandang ke Bandung (menghadapi Persib Bandung) pada partai Pembukaan Gojek Traveloka Liga 1 tahun 2017.
Setelah membeli jersey,
saya lanjutkan perjalanan mengelilingi Stadion. Kembali, mata saya tertuju pada
satu kerumunan yang terdengar suara alunan musik tradisional. Benar saja,
ternyata ada pertunjukan reog ponorogo di sekitaran Stadion. Wah, keren juga
ya... bisa ketemu pertunjukan ini di sekitaran stadion. Inilah Indonesia yang
kaya dengan budayanya, makin cinta dengan Indonesia. Kalau bisa dibilang ini
tuh, temanya sport and culture gitu
deh. Luar biasalah pokoknya!!!
Hari itu semakin siang,
terik mentari semakin terasa cukup panas. Saya pun melanjutkan perjalanan
mengitari stadion. Mata saya kembali tertuju pada suara lantang yang
menjajakkan sesuatu yang kedengarannya sedikit samar di telinga. Saya pun
mendekati suara tersebut. Ternyata suara itu berasal dari laki-laki yang sudah
cukup berumur, kalau saya taksir umurnya sekitar 55 an. Dengan menggunakan
bahasa Jawa, dia terus menawarkan apa yang ia jual. Itu adalah orang yang
menjual tiket pertandingan sepak bola Gojek Traveloka Liga 1 antara Arema FC vs
Bhayangkara FC.
Saya awalnya berpikiran
bahwa ini pasti calo yang menawarkan tiket. Namun penasaran saya tak
terbendung. Iseng-iseng saya menanyakan harga dan jenis tiket yang dijual. Beliau
menawarkan mau yang mana? Ekonomi atau VIP? Saya coba menanyakan ini ekonomi di
tribuan mana? Beliau menjawab, “Kalau
Ekonomi bebas Mas”. Jadi dari penjelasan
beliau, bahwa tiket ekonomi itu bebas mau di tribun ekonomi sebelah mana juga
bebas. Mau di timur, utara, selatan atau ekonomi samping VIP juga boleh. Tak lupa
beliau mengingatkan kalau mau tribun timur (biasanya tribun yang ramai dan
paling sering di sorot kamera TV) maka datangnya harus lebih awal, ya sekitar
jam 16.00 WIB itu biasanya sudah ramai.
Saya kembali bertanya
tentang tiket tersebut, beliau menjawab sesuai dengan yang tertera pada tiket
(Ekonomi Rp. 40.000). Dipikiran saya ini kayaknya bukan calo, karena menjual
sesuai dengan yang tertera pada tiket. (Namun belakangan saya ketahui bahwa
sebenarnya harga tiket itu aslinya adalah Rp. 35.000. Memang awalnya manajemen
menaikkan harga tiket menjadi Rp. 40.000,- namun karena banyak Aremania yang
protes mengenai kenaikan harga tiket akhirnya tiket untuk ekonomi diturunkan
menjadi Rp. 35.000). artinya pada saat itu mungkin saya kebagian tiket yang
masih dalam cetakan harga awal (itu sih dugaan saya) tapi tidak masalah, karena
menurut saya masih dalam batas kewajaran harga segitu untuk suatu pertandingan.
Dalam sela-sela obrolan
dengan Bapak penjual tiket, saya menanyakan tentang penginapan yang ekonomis
disekitar sini. Beliau langsung memberikan rekomendasi beberapa penginapan di
sekitar Kepanjen (tidak jauh dengan Stadion Kanjuruhan) lengkap dengan arah yang harus saya lewati untuk menuju lokasi
yang dimaksud. Dengan detail beliau menunjukkan lengkap dengan ekspresi tangan
dan logat khas Jawa-nya. Mendengar obrolan saya dengan bapak penjual tiket, ada
salah satu orang yang menawarkan penginapan yang bersamaan dengan rombongan
Arema FC dalam arti satu hotel dengan pemain-pemain Arema FC. Waduh.... gila
aja nih... dalam pikiran saya berapa duit yang harus keluar ini?? Namun kembali
rasa ingin tahu saya terus menggelora.
Iseng-iseng saya
menyanyakan, “Berapa kira-kira tarif
hotelnya Pak?”. Dengan meyakinkan beliau menjawab, “Ya... Paling murah sekitar Rp. 300 ribuan permalam”. Ya nanti bisa
ketemu dengan Kurnia Meiga, Dendi Santoso dan lainnya.
Seru sih sebenarnya bisa satu hotel dengan pemain Arema. Namun, dengan
mempertimbangkan budget di kantong,
akhirnya saya menolak dengan halus tawaran bapak tersebut. “Kayaknya belum deh Pak, saya cari yang
biasa-biasa aja lah”.
Kembali ke petunjuk
awal tentang hotel ekonomis yang ada di sekitaran Kanjuruhan. Tak lupa saya
menanyakan kendaraan apa yang bisa saya naiki untuk menuju hotel tersebut
kepada Bapak penjual tiket. Beliau menjawab, “sebenarnya ada angkutan umum
menuju ke sana tapi biasanya lama menunggunya dan lewatnya tidak menentu, nah
kalau mau cepat bisa naik ojek yang ada di sekitaran depan gerbang stadion”
jawab Bapak tersebut.
Tak lama
berbincang-bincang tentang angkutan umum. Ada seorang laki-laki muda (kurang
lebih seusia dengan saya) menawarkan tumpangannya ke arah sana (mungkin dia
mendengar obrolan saya tadi). Awalnya saya sempat takut juga sih (ya.. pikiran
negatif karena baru pertama ke Malang) bisa jadi ini mau copet, atau apalah..
jujur itu sih yang awalnya ada dipikiran saya. Saya walaupun kalau dipikir-pikir
apa sih yang mau dicopet dari saya? Uang pas-pasan, palingan Cuma HP dan laptop
butut. Hahahahahaha.... Namun Bapak penjual tiket itu membuat saya yakin, “Iya
Den, naik saja nanti mas ini mengantarkan... Aman kok searah”. Akhirnya saya
menerima tawaran tersebut.
Selama perjalanan ke penginapan, saya
memperkenalkan diri saya dan banyak bertanya-tanya kepada Mas yang mengantarkan
saya (Saya lupa namanya) tentang Malang. Beliau menjawab dengan ramah dan sopan
sekali. Salah satu pertanyaan yang cukup membuat saya penasaran, “Mas, Saya
tidak apa-apa ini tidak memakai helm?”. Beliau menjawab, “Tidak apa-apa Mas, Kalau Arema lagi main disini bebas mas. Tidak pakai
helm juga tidak apa-apa. Tidak akan di razia polisi, tenang saja”. Dari obrolan,
Mas-nya cerita kalau pernah ke Sumatera tepatnya ke Sumatera Selatan. Dari yang
Mas-nya sebutkan ada daerah Sekayu, Prabumulih.. itu sih yang saya tahu dan
yang saya ingat. Bahkan Mas-nya juga cerita kalau pernah ke Kalimantan Timur
untuk bekerja. “Wah,.. keren juga ya, kerjanya sudah kemana-mana”, jawab saya.
Tak disangka saya
diantar hingga sampai diantar ke resepsionis penginapannya. Saya bilang ke
Mas-nya, “tidak usah mas, sampai sini
saja!”. Mas-nya menjawab, “Tidak
apa-apa mas, saya antar ke dalam, nanti biar saya nego kan dengan
resepsionisnya. Takutnya nanti di mahal-mahalin atau dibilang tinggal kamar
yang mahal yang ada”. Wah luar biasa pokoknya, ramah bangetlah orang-orang
yang baru saya temui di sini. Benar saja, saya mendapat harga yang cukup murah
untuk kelas hotel dengan fasilitas cukup bagus yang saya dapat, bisa langsung cek in walau sebenarnya jadwal cek in jam
13.00 (saat itu baru jam 10.30 WITA) sudah beserta sarapan juga, hanya Rp
125.000,- . Keren kan... Malang the best lah....
kesan pertama saya.
Setelah selesai mandi,
sholat dan istirahat, sekitar pukul 13.00 WITA, saya keluar hotel mencari makan.
Saat itu saya lagi kepengen makan nasi dan sayur-sayur gitu. Maka sepanjang
perjalanan di pelataran toko Kepanjen, saya menemukan ibu-ibu penjual nasi
pecel. Akhirnya saya memutuskan untuk makan di sana. Ya, benar saja... harganya
cukup murah, nasi pecel dengan telur, peyek, segelas teh hangat, hanya
Rp.13.000. lumayan murahlah.
Sambil makan, ibu
penjual nasi pecel itu bilang kepada saya, “Baru
ya mas di Malang? Mas yang main
bal-balan lawan Arema ya?” seketika saya kaget!!! Mungkin maksud ibu
penjual nasi pecel ini saya pemain bola (Bhayangkara FC) yang akan melawan
Arema FC malam ini. Memang sih penampilan saya hari itu casual sporty gitu deh. Pakai t-shirt bertuliskan Nike, jaket hijau
AC Milan, celana pendek dan sepatu casual vans tanpa kaos kaki. Mungkin karena
kostum Bhayangara hijau-hijau kali aja dikira sama dengan warna jaket saya dan
rambut saya memang pendek rapi sih.. ya kali aja dikira pemain Bhayangkara
(dikira polisi kali) hahhahahhahhah... hahhaa...
Pertanyaan ibu itu saya
jawab saja, “Bukan Bu, saya cuma jalan-jalan
saja di Kepanjen, saya dari Sumatera Bu, nah... nanti sore juga mau nonton ke
stadion”. Ibu itu kembali menjawab, “o,
tak kira sing main bal-balan. Kan iki deket hotelne”. Mungkin dikira Ibu
itu saya yang main Bola itu, karena kebetulan hotel menginapnya pemain bola itu
dekat dari sini. Benar saja, ternyata hotel yang saya lewati tadi itu adalah
hotel tempat pemain bola menginap. Saya jadi ingat tawaran Bapak di stadion
tadi untuk menginap satu hotel dengan pemain Arema. Hahhahaahaa...
Ternyata seorang Ibu
penjual nasi pecel pun juga tahu banyak tentang Arema. “Arema disini sudah seperti budaya. Setiap Arema main, pasti ramai dari
mana-mana saja pada datang kesini. Kadang dari Jakarta juga sering banyak
datang ke sini”, begitu penjelasan Ibu penjual nasi pecel. Ya seperti
diketahui bersama kalau hubungan antara Aremania (sebutan untuk supporter
Arema) dan The Jakmania (sebutan untuk supporter Persija Jakarta) sangat akrab
dan dekat sehingga tak jarang bila masing-masing klub bertanding entah itu
kandang maupun tandang biasanya saling berkunjung dan menonton bersama.
![]() |
tiket pertandingan |
Setelah selesai makan,
saya kembali ke hotel sambil diperjalanan membeli cemilan untuk di hotel. Sepanjang
perjalanan di toko-toko yang ada di Kepanjen, saya melihat beberapa toko juga
menjual atribut-atribut Arema. Ya walaupun tidak terlalu banyak seperti di
sekitaran stadion. Cuaca saat itu cukup bersahabat untuk berjalan-jalan di
Kepanjen.
Waktu sudah menunjukkan
pukul 15.15 WITA, tiket sudah ada di tangan, jersey Arema sudah dibeli untuk
dipakai ke Stadion (padahal emang stok baju sudah menipis, hahahhaha) tak lupa
sholat Ashar terlebih dahulu barulah berangkat.
Sesampai di Stadion,
saya memilih untuk masuk ke jalur tribun ekonomi sebelah kiri tribun VIP
(Ekonomi Barat). Pemeriksaan cukup ketat ketika akan masuk Stadion, hal ini
dilakukan untuk menghindari supporter yang membawa senjata tajam dan hal-hal
lain yang dilarang dibawa ke dalam stadion.
Sebenarnya laga baru
akan mulai malam sekitar jam 18.30, namun pukul 17.00 WITA stadion sudah mulai
terisi penuh, terutama pada tribun ekonomi timur. Namun, sebelum pertandingan
dimulai, sekitar pukul 17.00 WITA hujan lebat membahasi Kanjuruhan. Alhasil,
banyak yang mencari alas untuk berlindung. Hari itu penjual mantel plastik
kebagian panggung. Benar saja laris manis, harga Rp 10.000 mantel plastik ludes
diserbu penonton, tak terkecuali saya yang juga ikut membeli. Ya daripada nanti
hujan-hujanan terus sakit, kan engga lucu juga...
Di dalam stadion khususnya di tribun tempat saya duduk, cukup banyak penjual kopi dan minuman yang bisa dijumpai keliling membawa dagangannya. Malam yang cukup dingin pasca hujan melanda. Obrolan-obrolan ringan ku buka dengan penonton sekitaran kiri kanan tempat saya duduk. Ada yang datang beramai-ramai, ada yang datang sendiri bahkan ada pula yang datang bersama pacarnya. hhhhmmmm... Ada yang datang dari Kota Malang, ada pula yang dari luar Malang. Ya begitulah sepakbola yang disebut-sebut universal, bisa menyatukan semuanya. hahahahhaha...
Obrolan cukup hangat, ditawari pula kopi sachetan ala penjual-penjual keliling. Iya, itulah Malang, Malang yang hangat karena keramahan dan segelas kopi. Arema mungkin sudah menjadi budaya disini. Layaknya Persija Jakarta dengan Jakmanianya, Persib Bandung dengan Bobotoh/Vikingnya, Persebaya Surabaya dengan Boneknya. Klub kebanggaan sudah menjadi budaya yang merasuki jiwa pecintanya. Maka tak heran kadang mereka rela jauh-jauh datang hanya untuk mendukung tim kebanggannya. Ya, begitulah sepakbola yang punya sisi dan sudutnya sendiri untuk dinikmati. Mungkin saat ini saya menikmati sisi dan sudut kehangatan dari sepakbola yang ada Malang.
Kembali ke cerita di lapangan, suara musik mulai berbunyi ketika pemain memasuki lapangan untuk sesi pemanasan, gemuruh Aremania pun mulai berkumandang melihat idola mereka memasuki lapangan, sembari meneriaki nama-nama pemain kesayangan mereka. Berbagai yel-yel dan nyanyian dikumandangkan di Stadion Kanjuruhan untuk mendukung Kurnia Meiga cs berlaga.
Obrolan cukup hangat, ditawari pula kopi sachetan ala penjual-penjual keliling. Iya, itulah Malang, Malang yang hangat karena keramahan dan segelas kopi. Arema mungkin sudah menjadi budaya disini. Layaknya Persija Jakarta dengan Jakmanianya, Persib Bandung dengan Bobotoh/Vikingnya, Persebaya Surabaya dengan Boneknya. Klub kebanggaan sudah menjadi budaya yang merasuki jiwa pecintanya. Maka tak heran kadang mereka rela jauh-jauh datang hanya untuk mendukung tim kebanggannya. Ya, begitulah sepakbola yang punya sisi dan sudutnya sendiri untuk dinikmati. Mungkin saat ini saya menikmati sisi dan sudut kehangatan dari sepakbola yang ada Malang.
![]() |
Pemain Arema FC sedang pemanasan sebelum pertandingan |
Kembali ke cerita di lapangan, suara musik mulai berbunyi ketika pemain memasuki lapangan untuk sesi pemanasan, gemuruh Aremania pun mulai berkumandang melihat idola mereka memasuki lapangan, sembari meneriaki nama-nama pemain kesayangan mereka. Berbagai yel-yel dan nyanyian dikumandangkan di Stadion Kanjuruhan untuk mendukung Kurnia Meiga cs berlaga.
Benar saja, energi dari
Aremania seolah memompa semangat pemain Arema FC. Saat pertandingan mulai
hingga berakhir, tak henti Aremania ternyanyi memberi dukungan. Dari kejauhan
terlihat dirigen Aremania (yang sering saya lihat di sosial media, Yuli Sumpil)
memimpin Aremania dalam memberikan semangat kepada Arema. Suasana stadion cukup
padat menyesaki Stadion Kanjuruhan, terutama pada tribun timur dan
tribun-tribun ekonomi lainnya. Dalam pertandingan tersebut, Arema Fc berhasil
menumbangkan tim tamu Bhayangkara FC dengan skor 2-0. Gol dicetak oleh D.
Setiawan pada menit ke 18 dan Esteban Viscara pada menit ke 72.
Malam itu Aremania
berpesta menyambut kemenangan di awal musim 2017 yang cukup menjanjikan. Kegembiraan
terlihat dari wajah Aremania yang saya temui sepanjang jalan pulang menuju
hotel.
Inilah sedikit cerita
saya tentang pengalaman ketika di Kepanjen dan menyaksikan pertandingan di
Stadiun Kanjuruhan. Pengalaman pertama kesana, semoga suatu saat lagi bisa
kesana menyaksikan pertandingan-pertandingan yang besar, mungkin Arema vs
Persija. Hahahhaha.. tentu saja dengan “kehangatan Malang dan Arema-nya”.
0 komentar:
Posting Komentar